kabargaming.com – Dua karakter kutukan paling menonjol dalam Jujutsu Kaisen, Sukuna dan Dabla, selalu menarik perhatian karena kekuatan besar dan aura menakutkan yang mereka pancarkan. Meski sama–sama tergolong sebagai makhluk kutukan tingkat tinggi, keduanya justru memiliki sifat dan prinsip hidup yang hampir bertolak belakang. Perbedaan ini membuat dinamika cerita menjadi lebih tajam dan penuh ketegangan.
Sukuna sendiri tak bisa dikendalikan, namun berbeda dengan Dabla yang masih bisa mengerti tentang sebuah perasaan. Terlihat dari potongan manga yang dimana Dabla seorang King Simurian menurut dengan musuh yang menyandera adiknya.

Sukuna selalu menggunakan kekuatannya dengan tujuan dominasi. Ia menikmati kekerasan, kehancuran, dan rasa superior yang datang dari menindas musuhnya. Ia menganggap dunia sebagai arena permainan tempat ia bebas memerintah dan menghancurkan siapa pun yang menghalangi.
Sebaliknya, Dabla memperlakukan kekuatan seperti alat yang harus ia kendalikan secara hati-hati. Ia tidak bertindak ceroboh atau impulsif. Dabla memilih strategi, perhitungan, dan kehati-hatian setiap kali mengeluarkan tekniknya. Ia menggunakan kekuatan bukan untuk menunjukkan ego, tetapi untuk mencapai tujuan yang lebih besar dan stabil.
Sukuna langsung menyerang dan menghancurkan lawannya tanpa memberi kesempatan. Ia memposisikan dirinya sebagai dewa kehancuran yang tidak perlu mendengar alasan atau memahami motivasi orang lain. Baginya, pertarungan adalah hiburan.
Di sisi lain, Dabla memilih menganalisis. Ia memperhatikan gaya bertarung musuh, mempelajari kelemahan, lalu menyerang secara efisien. Ia tidak terburu-buru membunuh. Pendekatan ini membuatnya terlihat lebih tenang, rasional, dan terminator yang bekerja “bersih”.
Sukuna hidup untuk dirinya sendiri. Ia tidak memiliki visi jangka panjang selain mengejar kebebasan penuh dan kepuasan pribadi. Ego dan ambisinya mendominasi hampir semua tindakannya.
Sebaliknya, Dabla memiliki prinsip yang lebih terarah. Ia memahami konsekuensi dari setiap tindakannya dan mempertimbangkan efek jangka panjang. Ia bahkan mampu membentuk aliansi jika itu mendukung agendanya.
Sukuna tidak mengenal konsep sekutu; semua orang hanyalah alat atau korban. Ia mengkhianati siapa pun tanpa ragu demi tujuan pribadinya.
Sementara itu, Dabla lebih bisa bekerja sama. Meskipun ia bukan karakter “baik”, ia tetap menghormati struktur dan kepentingan tim selama tidak bertentangan dengan misinya.
Sukuna berbicara dengan nada meremehkan dan penuh cemooh. Ia sengaja memancing ketakutan dan provokasi untuk menguasai mental lawannya.

Dabla menyampaikan kata-katanya secara singkat, dingin, dan terukur. Ia tidak perlu mengancam secara berlebihan. Ketegasannya sudah cukup untuk menunjukkan bahwa ia bukan sosok yang bisa diremehkan.
Walaupun Dabla dan Sukuna hadir sebagai kutukan kelas berat, keduanya memiliki sifat dan pendekatan hidup yang sangat berbeda. Sukuna mewakili kekacauan, insting liar, dan dominasi tanpa batas. Sedangkan Dabla menggambarkan kontrol, strategi, dan kehati-hatian yang dingin. Kontras ini membuat keduanya menjadi karakter penting yang memperkaya konflik dan nuansa gelap dalam Jujutsu Kaisen.